Saturday, December 21, 2013

Suatu hal tentang menikah


Tulisan ini kutemukan di file lama,

23.03.2010
Hari ini di bis Transjakarta aku ketemu seorang Ibu. pembicaraan awal bermula ketika saling senyum dan ia memulai pembicaraan, kalo kata sahabatku "basa basi kekeluargaan" haha. sampailah pembicaraan pada point menarik, ia berkata bahwa


"Untuk menikah, kita harus menjadi sosok single happy terlebih dahulu. Jangan berharap mendapat suami yang perhatian tapi kita harus mulai untuk senang memperhatikan. Lihat caranya memaafkan, kalo dia tidak emosian berarti ia sosok yang baik. Satu lagi poin penting dari ibu ini, apakah ia mau berkorban untuk kita"

Beliau juga menyampaikan bahwa jangan jadikan sholat sebagai ritual saja / kewajiban. tapi yang harus didasari adalah kita harus tetap merasakaan Allah.

Dalam satu minggu beberapa x beliau mengunjungi Gereja, melupakan suami; harta; anak dan hanya berserah kepada Tuhan. "Jadilah orang yang mudah mendoakan orang lain ya Nak" begitu katanya :)

Pembicaraan singkat kurang lebih 20 menit ini, sangat berarti untukku. Aku yang seorang anak baru lulus SMA dan mulai kuliah, diberitahu hal penting tentang kehidupan. satu lagi beliau bilang ia hidup dengan sangat bahagia karena menyerahkan semua kepada Tuhan, ia percaya bahwa Tuhan sangat sayang dengannya.

Suaminya juga tidak pernah menyuruhnya membuat kopi tapi kesadaran dari dirinyalah yang menghantarkan kopi hangat kepada suaminya.
sudah seperti itu saja tulisannya. 

Kalo aku boleh nambahin, ketika 2010 Ibu itu cerita. aku ga kebayang apa-apa, tp pas 2013 ini aku liat dan kubaca lagi. ternyata bnyak maknanya yah.
dulu seorang sahabatku pernah bilang "pokoknya aku mau nikah ra, tahun depanlah" . aku bilang "terlalu cepat, km aja belum kuliah"(umurnya masih 19tahun) trus dia berpendapat bahwa dengan menikah ia bisa pergi dari rumahnya, karena ia sudah tidak betah lagi di rumahnya. 

Pikirku "menikah itu bukan pelarian" ... "menikah itu bukan pintu darurat yang harus digunakan ketika dibutuhkan apalg untuk hal seperti menghindari masalah" kalo hanya lari dari keluarga yang broken home, atau biar ada yang nanggung hidupnya itu agak tidak masuk akal.


Menikah itu ibadah
 "Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya."

Bagiku, ketika kita memutuskan dengan siapa pasangan kita, itu berari kita mengijinkan ia menjadi bagian dari hidup kita selamanyaa dan yang akan disebut keluarga. Keluarga itu adalah orang yang ga akan pergi kemana-kemana ketika kita terjatuh. Ia mencintai kita tdk hanya ketika kita hebat saja, tp juga ketika kita tdk berarti apa-apa. 

Pembicaraan absrud di ruang makan kantor.
A : Lho biaya nikah kan murah kok, iya kan?
B : iya murah, konsekuensinya itu. 
A : (dalam hati *biaya anak dan istri maksdnya),tenang aja rezeki mah udah ada yang ngatur kok.
B : terus kenapa kamu belum nikah?
A : ** speechless 

No comments: