Pict Source : http://jnukmi.uns.ac.id |
kata kata yang dikeluarkan lisan, baik maupun buruk bisa saja menjadi doa.
Mamaku sewaktu muda pernah berbincang dan berkata "amit amit deh gue nikah sama orang betawi" eeh Papa aku orang betawi.
Teman juga pernah berkata, pdhal menurutku ini masih wajar, ia hanya menggunakan jangan sampe. "Jangan sampe, gue hidup dari uang kontrakan laki gue doang", eehh saat ini dia makan dan hidup dari uang kontrakan.
dalam dua contoh ini mengajarkan bahwa, sebaiknya tidak terlalu berlebihan dlm ketidaksukaan terhadap sesuatu..
Hal ini sangat aku jaga banget dlm hatiku, memaintain perasaan agar tidak terlalu berlebihan dalam menanggapi suatu hal. Sehingga yang keluar dari lisan, tetap yang baik-baik aja.
Adaa yang benciii bgt sama suatu suku, ehh mantunya suku tsb
adaa yang emosi aja bawaannya sama suatu profesi, eehh mertuanya menjalankan profesi tsb.
awal mulanya dikontrol pikiran dan perasaan, jadi apa yang keluar dilisan juga dpt terkontrol..
Kadang aja aku suka meralat kata-kata, "ga punya duit" menjadi "ga ada uang cash, uangnya ada di ATM" . Sepele tapi aku ga mau ga punya duit beneran nanti. hehe.
Ada cerita yang disampaikan Mama saya dalam pentingnya menjaga lisan.
Seorang anak yang menjadi Imam Besar Masjidil Haram.
Sewaktu kecil anak ini bandel banget, konon ia bermain main dengan tanah dan menaburkannya diatas hidangan makan, ketika ibunya melihat Ibunya marah dan berkata, "Pergi kamuu ! biar kamu jadi imam di Haramain" dan Masya Allah anak itu telah dewasa dan menjadi imam di masjidil Haram, yaitu Syekh Abdurrahman As-Sudais.
Hmm apalagi kata-kata orangtua yaa, mujarab banget berarti :)
Aku pun sendiri masih belajar terus, dalam menjaga lisan. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang dapat selalu berkata baik.